Kol merah atau kubis merah merupakan salah satu sayuran daun yang sangat menarik untuk ditanam. Selain warnanya yang mencolok dan berbeda dengan jenis sayuran lainnya, warna merah keunguan tersebut menandakan kondisi kesuburan tanah tempatnya tumbuh.
Dari segi tekstur dan rasa, ada perbedaan antara kol merah dengan kol putih atau kol hijau. Daun kol merah lebih tebal dan padat dengan aroma earthy. Penggunaan kol merah pada makanan pun sering kali dijumpai dalam keadaan mentah atau dijadikan sebagai campuran salad.
Berikut cara budidaya kol merah bagi pemula di bawah ini.
Syarat Kondisi Lokasi Budidaya Kol Merah
Untuk dapat tumbuh dengan baik dan optimal, tanaman kol merah membutuhkan kondisi lingkungan yang dingin dan sejuk. Penanaman di lingkungan panas dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat karena cekaman panas. Gunakan paranet hitam sebagai naungan untuk mengurangi paparan sinar matahari yang diterima tanaman kol merah kalau ingin membudidayakan di daerah panas.
Ketinggian lokasi budidaya setidaknya 800 mdpl. Sedangkan kondisi tanah yang disukai oleh tanaman kol merah adalah tanah yang kaya bahan organik, gembur dan lembab. Tanah yang keras dan kering secara signifikan dapat menghambat pertumbuhannya.
Sistem perakaran tanaman kol juga sensitif terhadap genangan air. Buatlah parit atau saluran drainase di sekitar lahan untuk memastikan ketika turun hujan air tidak akan menggenang.
Pembuatan Bedengan dan Pemilihan Mulsa
Lebar kanopi tanaman dapat dijadikan sebagai patokan sejauh mana ekspansi sistem perakaran tanaman. Sebagai contoh apabila lebar kanopi 75cm, maka lebar bedengan juga 75cm. Pada dasarnya semakin lebar ukuran bedengan maka perakaran tanaman dapat menjangkau lebih banyak nutrisi yang ada di tanah.
Untuk tanaman kol merah dan brokoli ukuran bedengan yang saya buat lebarnya 80 cm dengan tinggi bedengan 15 cm. Panjang bedengan disesuaikan dengan kondisi dan kontur lahan. Namun supaya kita mudah dalam melakukan perawatan tanaman, sebaiknya panjang bedengan tidak lebih dari 10 meter. Sedangkan jarak antar bedengan minimal 50 cm.
Karena saya ingin mengaplikasikan sistem pertanian organik yang ramah lingkungan, jenis mulsa penutup bedengan yang saya pakai menggunakan jerami padi kering. Dibandingkan mulsa plastik, jerami padi selain dapat terurai dan menjadi pupuk, juga memiliki kemampuan dalam menjaga suhu permukaan tanah tetap optimal. Sirkulasi udara dan serapan air juga jauh lebih baik dibandingkan dengan mulsa plastik.
Kondisi tersebut menjadikan tanah memiliki tekstur gembur kaya bahan organik yang baik bagi pertumbuhan akar tanaman sekaligus menyediakan rumah untuk berkembangnya organisme penyubur tanah.
Dalam waktu 1 bulan kalau kita buka jerami padinya akan banyak terlihat cacing tanah dan beragam jenis organisme pengurai yang beraktifitas di bawah jerami padi. Perakaran tanaman yang paling halus pun tumbuh dengan sangat baik sampai muncul ke permukaan tanah.
Kalau menggunakan mulsa plastik silver memang akan memberikan tambahan sinar matahari yang diterima daun untuk berfotosintesis. Tanaman akan lebih cepat tumbuh besar.
Kelembaban dan suhu tanah juga dapat meningkat jadi lebih hangat. Namun kalau kita lihat dari sisi kesehatan tanahnya sendiri, sebenarnya dampak negatif yang dihasilkan jauh lebih merugikan dari dampak positifnya.
Setelah masa tanam berakir kita akan mendapati tekstur tanah bedengan yang menggunakan mulsa plastik menjadi sangat keras dan kering. Dalam beberapa kasus permukaan tanah akan mengalami penggaraman yang ditandai dengan bedengan yang pecah-pecah dan berwarna keputihan.
Selain itu selama menggunakan mulsa plastik suhu tanah naik tidak terkontrol. Hal ini akan menyebabkan organisme pengurai di dalam tanah tidak dapat bertahan hidup.
Tidak lagi kita jumpai tanda-tanda aktifitas keberadaan cacing tanah. Ketika keberadaan organisme pengurai ini berkurang, dampaknya penggunaan pupuk menjadi tidak efisien. Tanaman akan membutuhkan lebih banyak lagi pupuk kimia yang diberikan setiap musimnya
Pembibitan dan Penanaman
Sebenarnya dalam dunia pertanian dan bercocok tanam aktifitas pembibitan adalah mutlak perlu. Alasannya cukup sederhana, yaitu memberikan kesempatan yang lebih besar pada tanaman untuk tumbuh dengan baik sampai dewasa.
Benih yang berupa biji kalau langsung ditanam di lahan terbuka kemungkinan gagal untuk tumbuh sangat tinggi. Hal ini dikarenakan banyak predator yang makanan utamanya biji dan benih yang baru berkecambah.
Selain itu guyuran air hujan dan sengatan panas matahari juga menjadi masalah utama perkecambahan pada benih yang ditanam langsung di lahan. Ketika turun hujan biji dapat terbawa oleh aliran air.
Kalaupun benih berhasil berkecambah, kondisi benih masih sangat lemah. Akibatnya ketika terkena paparan sinar matahari langsung daun semu dan akar yang baru muncul akan mengering karena terkena panas matahari.
Untuk itu pada tanaman kubis merah yang sifatnya terbilang cukup sensitif terhadap perubahan lingkungan yang mendadak, sebaiknya dilakukan pembibitan terlebih dahulu. Saya melakukan pembibitan menggunakan tray plastik di dalam greenhouse sederhana dengan naungan plastik UV selama 2 minggu.
Salah satu kunci keberhasilan dalam pembibitan di sini adalah kondisi media tanam yang gembur.
Campuran pupuk kandang dan sekam bakar dengan perbandingan 1:1 bisa dijadikan patokan utuk pembenihan semua jenis macam sayuran.
Pupuk kandang akan menyediakan sumber nutrisi yang dibutuhkan oleh benih selama masa pertumbuhan, sedangkan sekam bakar dengan keampuan menahan airnya yang cukup tinggi akan menyediakan kondisi media tanam yang lembab.
Jarak tanam nantinya disesuaikan dengan target bobot panen. Kalau teman-teman ingin bobot panen sayur kol berukuran jumbo atau 1 kg lebih maka jarak tanam yang ideal 50 cm. Tapi kalau ingin ukuran krop sayur kol kecil atau di bawah 500 gr, jarak tanam cukup 30 cm.
Perawatan dan Pemupukan
Tanaman kol merah, brokoli, kembang kol, sawi dan pakchoy merupakan satu family tanaman dari golongan brassica. Maka dalam hal perawatan semua jenis tanaman sayuran tersebut sama. Begitu pula hama dan penyakit yang sering menyerang.
Hama yang paling umum dijumpai ketika menanam sayuran brassica diantaranya ulat daun plutella dan kutu persik. Pencegahan dapat dilakukan dengan menanam refugia atau tanaman pendamping. Bunga matahari, kenikir dan daun bawang bisa dijadikan solusi pencegahan serangan ulat dan kutu daun yang paling efektif. Namun apabila tanaman tetap terserang hama, sebaiknya dilakukan penyemprotan dengan pestisida organik.
Ada satu teknik klasik untuk membasmi hama ulat daun. Yaitu mengorbankan tanaman dari jenis yang sama agar dimakan ulat. Tanaman yang cocok, murah dan cepat tumbuh adalah sawi. Ketika tanaman sawi mulai diserang hama segera cabut dan musnahkan dengan cara dibakar atau ditimbun di dalam tanah. Untuk memaksimalkan efek yang dihasilkan sebaiknya menanam tanaman pancingan tersebut 3 minggu sebelum dilakukan pindah tanam kol merah.
Untuk pemenuhan nutrisi tanaman dilakukan dengan cara pemupukan susulan yang dilakukan setiap minggu. Seperti yang kita ketahui pupuk dasar atau pupuk kandang yang diberikan sewaktu pembuatan bedengan tidak dapat langsung dimanfaatkan sebagai sumber nutrisi oleh perakaran tanaman. Perlu terjadi proses perombakan terlebih dahulu oleh organisme di dalam tanah.
Agar tanaman dapat segera tumbuh dengan cepat, maka perlu dilakukan pemberian nutrisi yang siap serap oleh akar tanaman. Untuk itu kita gunakan pupuk POC (Pupuk Organik Cair) yang terbuat dari fermentasi urin kelinci dengan EM4. Berikan POC yang telah dilarutkan dengan air bersih. Perbandingan yang optimal adalah 1:10.
Berikan larutan POC yang telah diencerkan ke setiap tanaman di bedengan dengan cara dikocor di sekitar tanaman. Dosis yang digunakan adalah 1 gelas atau 300 ml untuk setiap 1 tanaman yang diberikan setiap 1 minggu sekali.
sumber : http://tanilokal.blogspot.com/