Meski berasal dari Amerika Tengah, tanaman pachira banyak dibudidayakan masyarakat Indonesia. Selain bernilai ekonomis, tanaman ini memiliki mitos bisa mendatangkan rezeki bagi sang empunya pohon. Dalam sekali panen, pembudidaya pohon pachira bisa meraup pendapatan hingga Rp 100 juta.
Nama tanaman pachira, boleh jadi, belum begitu familiar di telinga masyarakat Indonesia. Tapi, bagi sebagian etnis tertentu di tanah air, pachira sangat popular.
Tanaman yang memiliki nama latin Pachira aquatica ini lebih dikenal dengan sebutan pohon duit. Disebut demikian karena di negara Eropa, tanaman asal Amerika Tengah ini mendapat julukan money tree alias pohon uang.
Konon, pohon pachira memiliki mitos sebagai tanaman pembawa rezeki. Itu sebabnya, banyak masyarakat di Indonesia membudidayakan pohon pachira. Salah satunya adalah Andy Jaya Saputra, pembudidaya asal Tangerang Selatan, Banten.
biasanya di toko-toko tanaman hias, pohon pachira dijual dalam bentuk bonsai dengan tinggi 10 sentimeter (cm)-100 cm dan batangnya terkepang.
batang pachira memang dapat dikepang menjadi lima sampai sembilan batang. Di pasaran, biasanya batang pohon pachira hanya dikepang tiga. Pengepangan batang memiliki mitos agar si empunya pohon bisa mendulang rezeki berlimpah.
Untuk menghasilkan tanaman pachira kepang siap jual dengan ukuran 15 cm-20 cm, butuh waktu tiga bulan mulai dari penyemaian sampai panen. Jika ingin menjual pachira ukuran 1 meter, harus menunggu hingga usia tanaman enam bulan.
Sekali panen, biasanya dapat menghasilkan 3.000 pohon dari dua lahan kebunnya. Pachira berukuran 40-50 cm dibanderol Rp 60.000 per pohon dan ukuran dua meter Rp 2,5 juta.